18 Mei 2012

MENGATASI DEPRESI

I Raja-raja 19
Depresi adalah gangguan pada jiwa seseorang, yang mengakibatkan tekanan, kelesuan, kesedihan, dan kemerosotan. Depresi termasuk dalam kategori masalah besar di dunia. Ia disebut penyakit “Flu emosional”. Semua orang pada waktu tertentu bisa terkena depresi. Orang-orang kudus sekalipun terkenal mengalami depresi, dan Elia hanyalah satu contoh.

            Alkitab memberitahu kita bahwa Elia adalah nabi Allah yang luar biasa. Melaluinya Allah telah melakukan banyak mujizat, kebangunan rohani, dan terobosan berkat atas bangsanya. Tetapi ada satu orang yang tidak menyukai Elia. Ia adalah Izebel. Setelah Elia melakukan sebuah mujizat yang besar, Ahab, suami Izebel menceritakan kepada istrinya semua yang telah diperbuat oleh Elia. Izebel benci Elia. Ia sangat marah dan menyuruh seorang utusan menyampaikan pesan kepada Elia bahwa; “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu” Maksud Izebel adalah: “Jika aku tidak membunuhmu dalam waktu 24 jam, aku siap membunuh diriku sendiri”. Dan inilah Elia,  yang tidak pernah merasa takut selama tiga tahun, ketika seorang wanita mengacam nyawanya, ia menjadi takut, lalu lari ke padang gurun, dan bersedih. Di bawah pepohonan, ia berdoa supaya ia mati. Elia terkena depresi!. Alasan tertekannya jiwa Elia, dikarenakan cara berpikir yang salah.

Mengapa Elia begitu tertekan, sehingga tiba-tiba meminta agar lebih baik ia mati saja? Karena ia memainkan permainan Empt mental.

Pertama; Ayat 3: “Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya”

Elia tiba di bawah pohon Arar, dan berdoa: “Tuhan, sudahlah! Lebih baik aku mati saja. Aku tidak mau lagi berusaha dengan ini. Aku muak dengan semua ini. Aku berusaha menjadi hamba-Mu, tetapi tidak seorangpun melakukan yang benar. Aku hanya menyia-nyiakan hidupku, aku gagal, sekarang aku menyerah”
Permainan mental pertama. Yang mengusung Elia masuk dalam kekacauan ini adalah, Elia berfokus pada perasaan-perasaan, dan bukan pada fakta.

        Berfokus pada perasaan-perasaan dan bukan pada fakta, selalu akan mengakibatkan depresi. Kita berkonsentrasi pada bagaimana kita merasa, dan bukan pada kenyataan. Elia merasa gagal, dan ingin mati saja, karena sebuah peristiwa yang membuatnya takut. Mengapa ia lari? Karena ia merasa bahwa ia gagal, karena itu ia berpikir ia telah gagal. Saya menyebut ini sebagai “Memberi alasan secara emosional” konsepnya adalah “Aku merasakananya, jadi  aku yakin itu pasti benar” Dan ini menghancurkan siapapun.

        Para musisi, olahragawan, dan bintang-bintang film, sering berkata, setelah menyelesaikan sebuah pertunjukan mereka merasa seakan-akan gagal. Namun mereka tahu, bahwa mereka juga harus mengabaikan perasaan-perasaan tersebut. Perasaan tidak selalu benar, perasaan bukan fakta.
Saat Anda merasa Allah tidak Ada dengan Anda, itu tidak berarti Allah benar-benar sirna dari jagat raya. Dia ada, bahkan disaat Anda menghianati-Nya. Dia hanya memalingkan wajah-Nya dari Anda, tetapi Dia masih ada dengan Anda.
        Perasaan seringkali berdusta. Jadi jangan berfokus pada perasaan, tetapi pada fakta, atau kebenaran. Saat Anda kurang dalam suatu bidang, Anda tidak benar-benar gagal menjadi suatu pribadi. Itulah sebabnya Yesus suka berkata: “Kamu akan tahu kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32) Pikirkanlah kebenaran, fakta, dan bukan perasaan. Saat Anda menyusuri suatu lorong kegelapan dalam hidup, dan tiada seorangpun tahu, apa sesungguhnya yang sedang meletihkan anda, saat Air mata Anda membanjiri pipi Anda, karena semua orang memalingkan wajahnya dari Anda, berpeganglah pada kebenaran, fakta, dan jangan pada perasaan Anda.

Kedua,  Ayat 4 “Cukuplah itu! sekarang ya Tuhan, ambilah nyawaku, sebab aku tidak lebih baik, dari nenek moyangku
Permainan mental kedua yang dibuat oleh Elia, ialah, Karena ia mulai membandingkan dirinya dengan orang lain.

       Elia merasa ia tidak lebih baik dari orang lain, sebab itu ia berpikir bahwa ia sama saja seperti orang lain. Ini adalah kekeliruan. Allah menciptakan kita unik. Kita tidak sama. Hanya Anda yang menjadi seperti Anda. Dan Allah menyukai itu.
Kebanyakan dari kita telah jatuh ke dalam jebakan pikiran. Saat kita merasa tidak terlalu baik dalam suatu bidang, kita tergoda untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. “Seandainya aku bisa seperti dia, aku akan bahagia”
Disaat Anda mulai membandingkan diri Anda dengan orang lain, Anda sedang menginginkan depresi. Alkitab berkata bahwa hal itu berbahaya, karena tidak bijak. “Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada, atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memuji diri sendiri” (2 Kor 10:12a) Ketika kita  mulai  membandingkan diri dengan orang lain, kita cenderung mengkritik kekurangan-kekurangan kita, karena kelebihan-kelebihan orang lain. Kita lupa bahwa orang-orang itu juga mempunyai bagian yang lemah, dimana kita lebih kuat di dalamnya. Keluhan tidak membawa hasil, demikian juga dengan kritikan. Hal itu hanya akan mendatangkan tekanan batin. Semakin Anda mengkritik suatu kekurangan, semakin Anda kehilangan kekuatan. Anda menjadi merosot, tak bergairah, dan kehilangan harapan.
      Jangan bandingkan diri Anda dengan orang lain. Ingatlah bahwa dalam suatu kekuatan, selalu ada suatu kelemahan. Jika Anda selalu berusaha meniru orang lain, dan “mencambuk” diri Anda untuk menjadi seperti mereka, Anda akan depresi."Tak perlu merasa dirimu kurang baik dari orang lain, karena bagi seseorang kamulah yang terbaik dari orang lain"
Ketiga, Ayat 10 “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu, dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang”
Permainan mental ketiga yang Elia lakukan adalah, Karena ia ingin mengendalikan apa yang ada diluar kendalinya.

       Elia menatap Allah dan berkata: “Allah Engkau lihat, bahwa aku telah bekerja keras selama tiga tahun, tetapi tetap saja mereka sedikitpun tidak lebih dekat dengan-Mu. Aku sudah benar-benar berusaha, tetapi mereka tetap masih sama seperti sebelumnya” Elia menyalahkan diri sendiri, karena hal yang sebenarnya bukan tanggung jawabnya. Allah memilih Elia untuk menjadi penyambung lidah-Nya, menyampaikan apa yang Allah ingin sampaikan, dan bukan untuk “Memproduksi” orang-orang yang taat kepada Allah. Ini bagian Allah! Tugas Elia hanya menyampaikan, dan melakukan apa yang Allah perintahkan, selanjutnya adalah bagian Allah. Mengubah orang-orang menjadi lebih baik, bukanlah tanggung jawab kita. Itu kehendak Allah, karya Allah, perbuatan Allah. Bagian kita hanyalah melakukan apa yang Allah minta kita lakukan, dan menyampaikan apa yang Allah minta kita sampaikan.

        Jika Anda menolong orang lain, cepat atau  lambat Anda akan menyadari bahwa orang-orang tidak merespon seperti yang Anda harapkan. Anda bangun pagi, dan masuk ke kamar doa untuk berdoa, dan Anda mengharapkan seisi keluarga bangun tepat waktu untuk berdoa bersama. Namun mereka selalu terbelakang, bahkan tidak terlibat. Anda tidak perlu merasa bersalah atau gagal atas respon mereka. Ingatlah bahwa Allah telah memberikan kehendak bebas, dan setiap orang berhak untuk mengambil sebuah keputusan, dan Anda tidak perlu bertanggung jawab atas keputusan mereka. Jika Anda mengambil tanggung jawab yang Allah tidak pernah maksudkan untuk kita, Anda akan depresi.
Salah satu dusta iblis ialah mendorong mitos “Anda bertanggung jawab atas perubahan hidup seseorang”. Allah bukan Anda, dan Anda bukan Allah. Sedetik sajapun, Allah tidak akan mengijinkan Anda untuk menggantikan-Nya menjadi Allah. Lakukanlah bagian Anda, dan jangan merasa bersalah atas apa yang diluar kendali Anda.

Keempat; Ayat 10b “Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku”
Permainan mental keempat yang Elia lakukan ialah, Membesar-besarkan sesuatu yang negatif.

        Elia memberitahu Allah bahwa, “Semua orang menentang aku, tidak ada lagi yang sependapat dengan aku. Mereka yang mendukung aku telah terbunuh, dan sekarang aku sebatang kara” Ia membesar-besarkan suatu kabar buruk. Tetapi faktanya, tidak semua orang menentang dia. Hanya satu orang saja, yaitu Izebel. Dan apa yang ia dengar hanyalah sebuah ancaman. Seandainya Elia memikirkan hal itu, dan bukannya berfokus pada perasaannya, dengan segera ia akan menyadari bahwa, Ezebel tidak benar-benar ingin membunuhnya. Benar Ratu itu mengirim seorang utusan dengan pesan ancaman, tetapi jika Izebel benar-benar ingin membunuh Elia, ia tidak akan mengirim peringatan, ia pasti mengirim seorang pembunuh. Izebel membenci Elia, sebagian karena pengaruhnya yang besar. Adalah kebodohan bagi ratu untuk membunuh Elia, karena peristiwa itu akan dianggap martir, dan hal itu meningkatkan pengaruh Elia. Izebel cerdik, untuk menyingkirkan Elia. Ia hanya ingin membuat Elia tampak seperti seorang pengecut di hadapan bangsa Israel. Dengan demikian Elia dipermalukan, dan pengaruhnya memudar.
      Tetapi Elia membesar-besarkan hal ini. Ketika ia menerima pesan tersebut, Ia tidak berhenti sejenak untuk mengevaluasi ancaman itu, ia langsung melarikan diri. Membesar-besarkan sesuatu yang negatif, akan menjadikan kita tampak seperti seorang pengecut. Hal itu akan menyebabkan tekanan, ketakutan, dan perasaan tak berguna. Saat Anda dalam suatu masalah, tenangkan hati Anda, dan cobalah untuk mengevaluasi apa tujuan dari masalah itu. Lihatlah segala sesuatu dari cara pandang yang benar, jangan melebih-lebihkan suatu situasi. Ingatlah, bahwa seberat apapun masalah yang Anda hadapi, Allah tidak mengharapkan Anda melarikan diri. Evaluasilah masalah Anda, temukan kebenaran-kebenaran dari tujuan masalah tersebut, dan ambilah sikap yang Allah harapkan Anda lakukan.

***
TUHAN YESUS MEMBERKATI
By: Ayub Melkior S.Th

FAKTA DI BALIK PENDERITAAN ORANG YANG MENGASIHI TUHAN


Oprah Winfrey, adalah presenter talkshow tervavorit.  Ia lahir di Missipi- Amerika serikat pada tanggal 29 januari 1954. Oprah dikenal sebagai anak yang rajin membaca Alkitab. Ayahnya selalu memintanya membuat ringkasan-ringkasan dari Alkitab setiap hari. 
           Namun dimasa kecilnya Oprah mengalami suatu penderitaan yang sangat memalukan dirinya. Ketika ia berusia 9 tahun, ia diperkosa oleh saudara sepupunya. Dan pada usia 13 tahun, ia harus menerima kenyataan, bahwa ia dihamili saudara sepupunya. Oprah sangat menderita dengan peristiwa itu. Namun, lukanya yang terdalam, ternyata menjadi pengalaman termahal,  yang kemudian menolong banyak orang. Ia berhasil memberi “jalan keluar”  bagi ribuan orang yang mengalami penderitaan hidup, melalui acara Televisi yang ia pandu.
Penderitaan dapat menimpa siapa saja. Orang-orangya Allah dalam Alkitab kerap mengalami penderitaan. Ayub adalah seorang yang saleh, namun suatu hari ia kehilangan segala kepunyaannya. Daud berkali-kali memberitahu, bahwa ia sangat menderita. Bahkan Yesus Kristus, menanggung bantahan dan penderitaan selama Ia hidup di dunia.

         Alkitab berkata: Penderitaan orang-orang yang mengasihi Tuhan, sungguh banyak. Itulah sebabnya terkadang kita tergoda untuk berkata “Aku susah, aku sedih, aku kecewa” Kita berdoa untuk meminta agar penderitaan tidak menimpa kita, tetapi rumusan ini sepertinya tidak berhasil. Beberapa orang kecewa dengan gereja, kecewa dengan hamba Tuhan, bahkan kecewa dengan Tuhan, karena merasakan penderitaannya tidak teratasi. Alasan utama dari semua itu adalah, kita lupa bahwa Allah bekerja melalui penderitaan. Allah punya alasan yang lebih tepat. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui Alasan Allah, di balik penderitaan orang yang mengasihi Dia.

Dalam Roma 8:28, Rasul Paulus mengungkap 3 Fakta dibalik penderitaan orang-orang yang mengasihi Allah:

1.   Ayat 28a “Kita tahu sekarang” Fakta pertama adalah, dibalik setiap penderitaan, ada suatu pelajaran. 

     "Entah Anda menyadarinya atau tidak, setiap kali Anda memasuki suatu masalah, Allah selalu mempunyai hal-hal yang ingin Ia ajarkan kepada Anda, dan kepada orang lain melalui Anda"

          Dalam bahasa Yunani, kata “Tahu”, disebut “Oida” yang artinya mengetahui dari mengalami, tahu pasti, karena sudah mengalami. Paulus telah mengalami segudang duka, dan sampai pada titik ini, ia berkata: “Now we know…Sekarang kita tahu” Ungkapan ini menunjukan bahwa dibalik penderitaan orang yang mengasihi Tuhan, ada suatu pelajaran. Allah mengijinkan kita menderita, agar kita belajar sesuatu yang pasti,  melalui pengalaman. Allah tidak pernah bermaksud agar kita hanya berteori tentang diri-Nya, tetapi Dia ingin orang-orang yang mengasihi-Nya mengalami sesuatu tentang diri-Nya.  Inilah Alasan pertama, mengapa Allah begitu setia mengijinkan penderitaan bagi orang-orang yang mengasihi-Nya. 

Alkitab memberitahu beberapa hal tentang Allah yang akan kita tahu, saat kita menderita. Pertama, kita tahu bahwa Firman Allah itu tetap. Daud berkata: “Tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.(Maz 119:71) “Ketetapan-ketetapan” adalah  Apa yang Allah Firmankan, dan firman itu tidak berubah-ubah. Jika Ia berfirman bahwa “Aku menyertai engkau”  itu tidak berubah dalam keadaan apapun, dan sampai kapanpun. Ia benar-benar menyertai Anda. Itulah ketetapan.  Belajar ketetapan-ketetapan Allah, berarti tahu, bahwa Apa yang telah Allah Firmankan itu tidak akan berubah, benar-benar terjadi seperti yang Dia Firmankan. Jadi dalam penderitaan, kita belajar, bahwa apa yang Allah firmankan itu tetap, dan tidak berubah. Kedua, setelah Ayub sekian lama berkubang dalam penderitaan, pada ahirnya ia berkata: “Aku tahu,bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ay 42:1) Pelajaran kedua tentang Allah, yang kita tahu dalam suatu penderitaan adalah, bahwa Allah itu sanggup, karena itu Ia tidak akan gagal. Kisah Oprah Winfrey, menunjukan bahwa manusia bisa saja gagal, karena  hal yang tidak sanggup ia kendalikan. Tetapi sebaliknya kesuksesan Oprah, menunjukan bahwa, Allah itu sanggup, karena itu Ia tidak akan gagal untuk  membaikan hidup orang-orang yang mengasihi Dia. Ketiga, saat Musa dan bangsa Israel di perhadapkan dengan laut Taberau, Allah mengeraskan hati raja Mesir, beserta 600 pasukan berkuda, sehingga mereka mengejar orang Israel. Dan Allah memberitahu Musa, bahwa hal itu Ia lakukan, untuk menyatakan kemuliaan-Nya, dan supaya orang Mesir tahu, bahwa “Akulah Tuhan” (Kel: 14:17-18) Jadi hal ketiga yang kita pelajari dalam suatu penderitaan adalah, bahwa Allah ingin menyatakan kemuliaan-Nya, supaya semua orang tahu, bahwa Dialah Tuhan. Seringkali kebesaran dan kehebatan-kehebatan Allah nyata disaat kita tidak tahu jalan mana yang harus kita tempuh. Penderitaan, selalu akan mengajari kita sesuatu tentang Allah.

2.    Ayat 28b.” Bahwa Allah turut bekerja….untuk mendatangkan kebaikan”
Fakta kedua dibalik penderitaan orang-orang yang mengasihi Tuhan ialah, bahwa penderitaan mendatangkan kebaikan bagi kita. 

"Allah selalu mempunyai kebaikan, bahkan ditengah keburukan"

        Rasul Paulus berkata: “..Apa yang terjadi atasku ini, justru telah menyebabkan kemajuan Injil” (Fil: 2:12). Yakub menjadi lebih baik, dan lebih diberkati, setelah pangkal pahanya dipatahkan Tuhan. Oprah Winfrey, menjadi lebih bijaksana, setelah mengalami penderitaan yang memalukan. Itulah sebabnya penulis surat Ibrani berkata, “Dia menghajar kita, untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibr: 12:10b). Ada banyak orang hari ini berdiri dan bersaksi; “Jikalau dulu Allah tidak mengijinkan Aku mengalami ini…,mungkin Aku tidak jadi lebih baik”Allah mempunyai kebaikan dibalik penderitaan kita. Ia mengijinkan kita menderita hari ini, karena Ia tahu bahwa melalui suatu penderitaan, kita akan menjadi lebih baik. 

3.     Ayat 28c “Bagi mereka yang mengasihi Dia, dan yang terpanggil menurut rencana-Nya”
Fakta ketiga dibalik penderitaan orang-orang yang mengasihi Tuhan, ialah, bahwa, penderitaan merupakan proses, agar kita menjadi seperti yang Allah maksudkan.

"Allah tidak pernah memboroskan sesuatu. Apapun yang Ia lakukan, selalu ada suatu tujuan"

       Pada saat Allah memanggil kita untuk mengikuti-Nya, kita hanya perlu mengambil sebuah keputusan, Ya, atau tidak untuk mengikuti Dia. Dan selanjutnya, kita akan menjadi seperti yang Dia maksudkan. Anda dan saya, bisa mengikut Kristus puluhan tahun, tanpa menjadi seperti yang Dia maksudkan. Seperti Rick Warren berkata “Keindahan hidup orang percaya, bukan seberapa lama kita mengikut Kristus, tetapi seberapa banyak kita menyerupai Dia” Menjadi seperti yang Allah maksudkan, berarti menjadi serupa dengan Kristus, dalam sikap, dan tingkah laku. Inilah Tujuan Dia memanggil kita.
           Rencana Allah bagi Anda, adalah perkara serius Allah dalam kehidupan Anda. Yeremia 29:11 berkata, Allah merencanakan kebaikan-kebaikan bagi kita, dan bukan derita dan malapetaka. Dia tidak menciptakan kita untuk menjadi apa yang kita mau, tetapi Dia membentuk kita, untuk menjadi seperti apa yang Ia mau. Itulah sebabnya Yesus mau menjadi seperti kita, agar kita mampu menjadi seperti Dia. Dan untuk menjadi seperti yang Dia maksudkan, kita harus melalui proses. Oleh sebab itu, Dia turut bekerja melalui pendeitaan-penderitaan, untuk memproses setiap kita, menjadi seperti yang telah Dia rencanakan, jika kita bertahan dalam setiap penderitaan yang kita alami, hal itu akan membaikan kita seperti yang telah Dia umumkan. Karena itu, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, karena tidak untuk selama-lamanya Ia mengucilkan, sebab walaui Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya."

***
 TUHAN YESUS MEMBERKATI
By: Ayub Melkior S.Th

KETIKA PENDERITAAN MELANDA HIDUP ORANG BAIK


Tidak ada alasan yang terlalu tepat, sehingga Allah membebaskan seseorang berselancar melalui kehidupan dengan TANPA masalah. Kehidupan adalah RANGKAIAN dari masalah. Persis pada saat Anda menyelesaikan suatu masalah, persoalan lain sudah menanti. Sebenarnya Allah mengakui bahwa penderitaan orang benar itu banyak. (Maz 34:20).
Dalam Lukas 1:5-25, Alkitab menceritakan kepada kita mengenai Zakharia, dan Istrinya Elizabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah, dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan. Tetapi mereka dilanda masalah. Mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul, dan telah lanjut umurnya.(Ayat 5-7)
Dalam kebudayaan orang Israel, tidak mempunyai anak, merupakan aib yang memalukan. Wanita atau pria Israel yang tidak mempunyai anak, akan di pandang rendah oleh masyarakat umum.
Anda dapat melihat bahwa, bukan jaminan jikalau kita hidup benar, Allah akan membebaskan kita dari persoalan-persoalan. Alasan utama dari hal ini adalah, karena  Allah memilih, menggunakan persoalan untuk mengembangkan orang-orang-Nya. Melalui persoalan Ia mempersiapkan kita untuk terbang lebih tinggi, maju lebih jauh, dan bertahan lebih lama. Kita dapat belajar mengenal Allah lebih lagi ketika kita berjalan MENGHADAP tantangan. Memang,  tujuan Allah untuk mengembangkan kita melalui persoalan-persoalan, terkadang  tidak  tercapai.  Hal ini bukan karena kurangnya kemampuan Allah, melainkan oleh karena REAKSI kita yang TIDAK SAMA seperti yang Allah inginkan.
Sebab itu, yang terpenting bukan bagaimana Anda berusaha benar, untuk berselancar  melalui kehidupan dengan TANPA masalah, melainkan bagaimana memberi TANGGAPAN DAN REAKSI disaat Anda dilanda penderitaan.
Respon Anda saat berada dalam suatu masalah, sama seperti Anda ingin membuka skruf penguat dari suatu benda. Jika yang Anda putar berlawan dengan arah yang sebenarnya, ia akan terkunci semakin kuat. Hanya apabila sesuai dengan arah yang sebenarnya skruf itu akan terbuka. Sebab itu sangat penting untuk kita mengetahui, bagaimana seharusnya kita memberi respon, ketika penderitaan melanda kehidupan orang benar.
 
Dalam kisah ini, Zakharia menunjukan kepada kita 3 sikap, yang menjadi pembuka bagi rahim Istrinya.

Pertama:  Ayat 8 “Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimamannya di hadaan Tuhan”

Respon pertama yang harus kita lakukan, disaat penderitaan melanda kehidupan orang baik, ialah; Tetap melakukan kewajiban kita  di hadapan Tuhan..
Anda dapat melihat, bahwa tanggung jawab Zakharia dalam pelayananya, bersifat rombongan. Ia bisa saja berkata: “Kali ini saya tidak bersedia, biarkan saja yang lain melakukannya, saya sedang bermasalah.”  Tetapi ia menerima tugas itu dan melakukannya sebagaimana mestinya. Dan ketika ia memilih untuk tetap melakukan kewajibannya di hadapan Allah, di sanalah Allah menjumpai dia, dan memberinya jalan keluar. Tempat paling aman untuk Allah menjumpai Anda, dan memberi Anda pertolongan, ialah dalam tugas dan tanggung  jawab Anda.
Beberapa orang berpikir “ Jika Aku sedang bermasalah, Aku perlu MENGURANGI kegiatan-kegiatanku” Seolah-olah dengan mengurangi keaktifan dalam beberapa tanggung jawab, mereka sedang menciptakan SOLUSI untuk suatu masalah. Dengar baik, Anda tidak memerlukan “PENGURANGAN”, yang Anda butuhkan adalah KETENANGAN. “Pengurangan” TIDAK mendekatkan Anda pada solusi, justru dengan mengurangi tanggung jawab, Anda semakin JAUH dari solusi. Anda hanya perlu tenang, dan tetap setia seperti biasa, sehingga saat Tuhan ingin memberi pertolongan, Ia menjumpai Anda di sana.

 Kedua: Ayat 13; Tetapi malaikat itu berkata kepadanya:  Jangan takut hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elizabeth,  istrimu akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu…”

Respon kedua, disaat penderitaan melanda kehidupan orang baik, ialah terus berdoa.
Alkitab mengumpamakan doa seperti ketokan pada pintu, untuk dibuka. “Ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu” Bila Anda berdoa, Anda sedang mengetuk pintu hati Tuhan, seruan-seruan dalam doa, seperti hentakan-hentakan ketukan pada pintu hati Tuhan, sehingga Allah akan membuka jalan pertolongan, melalui doa-doa Anda.
Zakaria berdoa kepada Allah, dan Allah menjawab doanya. Hanna berdoa kepada Allah, dan Allah memberikan Samuel baginya. Abraham berdoa kepada Allah, dan Allah memberikan Ishak baginya, Daniel berdoa kepada Allah, dan Allah memberitahukan kepadanya mimpi Nabukadnezar sekaligus arti mimpi tersebut, Salomo berdoa kepada Allah, dan Allah memberikannya hikmat yang melebihi semua orang, Paulus dan Silas berdoa kepada Allah, dan Allah membuka jeruji-jeruji penjara sehingga mereka keluar dari kurungan.
Doa, yang ditujukan kepada Allah Bapa di sorga, SELALU ada kuasa untuk mengubahkan sesuatu. Tetaplah berdoa, karena Tuhan selalu mendengarkan Anda.

Ketiga; Ayat 19-20Jawab Malaikat itu kepadanya: Akulah Gabriel, yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata, sampai kepada hari, dimana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku, yang akan nyata kebenarannya pada waktunya”

Respon ketiga, ketiga penderitaan melanda hidup orang baik, ialah Tetap percaya perkataan Firman Allah, yang akan nyata kebenarannya.
Malaikat Tuhan menghukum Zakaria, bahwa ia akan bisu, dan tidak dapat berkata-kata, karena ia meragukan perkataan Firman Allah.
Yesaya berkata: “Rumput menjadi kering, dan bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selamanya” (Yes 40:8) Segala sesuatu mungkin dapat menipumu, tetapi tidak! untuk Firman Allah.  Apa yang Allah katakan tidak mungkin berubah, Ia akan melakukan seperti yang Ia Firmankan.
Sebab itu, pegang terus apa yang Tuhan janjikan dan abaikan siapapun yang melemahkan Anda, karena  cara Dia bekerja sulit bukan berarti tak mungkin.

Tidak ada alasan yang terlalu tepat, sehingga Allah membebaskan seseorang berlancar melalui kehidupan dengan TANPA masalah, tetapi dengan tetap setia dan terus percaya, adalah alasan paling tepat untuk menerima pertolongan” 

 ***
TUHAN YESUS MEMBERKATI
By: Ayub Melkior S.Th        

KALAHKAN GODAAN DI TENGAH BADAI


                              KALAHKAN GODAAN DI TENGAH BADAI
                                               (Seri III dari Kis 27)

 Ujian iman, sesungguhnya bukanlah seperti APA masalah itu, tetapi BAGAIMANA kita menangani masalah itu. 

Keadaan selalu tidak terlalu kuat, untuk menghancurkan seseorang, reaksi yang kita  berikan terhadap suatu masalah itulah yang menciptakan kemenangan, atau kegagalan.
 Allah ingin kita menang! Sebab itu, Kapanpun Dia mengijinkan kita memasuki suatu awan kelabu, Dia selalu bersama-sama dengan kita. Meskipun demikian, kenyataannya tidak sedikit orang “Gagal” dalam suatu masalah. Alasan utama dari hal ini adalah, mereka TERGODA, di tengah masalah.
         Dalam Kis 27:14-20, Alkitab menceritakan suatu ekspedisi pelayaran Paulus, yang dilanda “Angin Timur Laut” Kapal itu dilandanya, dan tidak tahan menghadapi angin haluan. (Ay 14-15). Anda dapat melihat, inilah situasi dimana keadaan menjadi LAWAN Anda dan bukannya mendukung Anda. Anda ingin mencapai sasaran Anda, tetapi keadaan tampaknya menghancurkan harapan-harapan Anda, Anda ingin berjalan maju, tetapi keadaan membuat rintangan-rintangan bagi Anda, Anda ingin sesuatu yang baik, dalam diri Anda,  tetapi keadaan memberi Anda kekacauan-kekacauan. Apa yang harus Anda perbuat?
        Perhatikan kebenaran ini: Dalam keadaan seperti ini, Allah tidak akan meminta Anda untuk MENGUBAH situasi ini, Dia akan meminta Anda untuk MERESPONI dengan sikap yang benar, yaitu menolak setiap godaan yang muncul dalam benak Anda.
Dalam kisah ini, Alkitab menunjukan 3 godaan besar, yang muncul saat keadaan berubah menjadi lawan Anda.

Pertama; Ayat 15 “ Kapal itu dilandanya, dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja, dan membiarkan kapal kami terobang-ambing”

        Godaan pertama yang akan muncul, saat keadaan menjadi lawan Anda, adalah MEMBIARKAN DIRI ANDA BEGITU SAJA. Mula-mula para pelaut begitu bersemangat untuk berlayar. Mereka ingin segera tiba di tujuan. Dengan segala perlengkapan kapal, para pelaut berlayar dengan sukacita. Tetapi tidak berapa lama kemudian, turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut “Angin Timur Laut”. Lalu kapal itu dilandanya, dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Dan para pelaut  mulai melupakan tujuan perjalanan mereka, dan membiarkan kapal itu terombang-ambing begitu saja di tengah laut.
        Persis, seperti  pada saat kita merasaakan suatu masalah tampaknya sulit di atasi, kita mulai tergoda untuk melupakan tujuan kita, sasaran-saran kita, dan nilai-nilai kita, dan kita membiarkan diri kita begitu saja. Rasanya ingin berkata “Apa gunanya? Sudahlah, mengapa aku harus bersusah payah untuk ini? 
Ketahuilah; Allah mungkin akan mengijinkan Anda mengalami beberapa kesulitan, tetapi Dia tidak pernah bermaksud agar Anda menghapus saja, impian-impian Anda, sasaran-sasaran Anda, dan nilai-nilai Anda. Dia ingin Anda terus menggenggamnya , bertekun di dalamnya, sampai waktu, Dia menolong Anda. 

Kedua; Ayat 18 “Karena kami sangat heboh diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya, mereka mulai membuang muatan kapal ke laut”

       Godaan kedua pada saat keadaan menjadi lawan kita, ialah membuang hal-hal penting dalam hidup kita. Para pelaut sangat heboh, diombang-ambingkan gelombang, sehingga mereka merasa harus membuat  “keringanan”. Lalu mereka mulai membuang muatan kapal, lalu alat-alat kapal, kemudian gandum, dan akhirnya diri mereka sendiri. Mereka melompat dari kapal, dan berenang dengan semua kekuatan menuju pantai. Mereka lupa bahwa bila alat kapal dan gandum-gandum dibuang, dengan apa mereka dapat berlabuh? Dan apa yang akan mereka makan? Mereka benar-benar tidak memusingkan lagi hal-hal penting.
        Sama seperti saat kita berada di bawah tekanan,  kita mulai membuang hal-hal yang penting dari kehidupan kita. Mula-mula mungkin semangat kita mulai memudar, lalu harapan kita mulai mengecil, iman kita mulai lemah, dan ahirnya melepaskan diri kita dari Tuhan, dan memilih berjuang dengan kekuatan sendiri. Kita mulai tidak aktif dengan hal-hal rohani, kita mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan kita yang baik, bahkan kita mulai menjauh dari Tuhan. Kita lupa bahwa dulu Dia pernah menolong kita, kita lupa bahwa Dia telah begitu baik terhadap kita selama ini. Namun sesungguhnya, dengan membuang hal-hal penting dalam hidup kita, justrus akan semakin mempersulit keadaan kita. Pegang teguh hal-hal penting dalam hidup Anda dengan Allah, karena dengan-Nya,  dalam  satu menit sajapun, Ia dapat meluputkan Anda.

Ketiga;  Ayat 20 “Setelah beberapa hari lamanya, baik matahari maupun bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami”

       Godaan ketiga, pada saat keadaan menjadi lawan kita ialah, putus asa. Perhatikan kata: “Setelah beberapa hari lamanya, baik matahari maupun bintang, tidak kelihatan” Anda dapat melihat, inilah saat terberat dalam suatu masalah, dimana kita paling menginginkan keringanan, kita sudah menunggu seminggu, sebulan, bahkan setahun, namun tidak ada tanda-tanda pertolongan. Pada titik inilah, biasanya kita paling tergoda untuk putus asa. Kita mengunci segala harapan kita, dan sepertinya kita ingin berkata: “tidak ada lagi pertolongan”.
        Perhatikan kebenaran ini: Tidak melihat tanda-tanda jalan keluar, bukan berarti tidak ada pertolongan. Allah selalu punya cara, bahkan saat tiada jalan. Dalam Ayat 22-25, Paulus berkata: “Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang Malaikat dari Allah, yaitu Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri disisiku, dan berkata jangan takut!Engkau harus menghadap Kaisar, tetapi oleh karunia Allah, maka semua orang yang bersama dengan engkau di kapal ini, akan selamat karena engkau”  Dan kisah ini berahir dengan “Mereka semua selamat, naik ke darat” (Ay 44).
 Pada titik terberat  dalam situasi sulit, ingatlah bahwa Allah tetap mendukung Anda. Dia tidak akan membiarkan apapun untuk benar-benar membunuh Anda. Dia membela Anda! 

Sebab itu tabahkan hatimu! Karena walau matahari tak lagi bersinar, bintang-bintang tak lagi gemerlap, dan kegelapan menutupi langit dan bumi, Allah akan tetap dapat menolong Anda!

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami, ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatanmu. Sebab Allah setia, dan Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepada kamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menangungnya” (I Kor 10:13)

*** 
TUHAN YESUS MEMBERKATI
By: Ayub Melkior S.Th

MENGAPA AKU ADA DALAM MASALAH?


                                           MENGAPA AKU DALAM MASALAH?
                                                         (Seri I dari Kis 27) 

"Tidak semua peristiwa yang terjadi adalah Rencana Allah, namun tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa diijinkan Tuhan" -Patti Ginting-

Alkitab menjelaskan bahwa ada tiga jenis masalah dalam kehidupan. Masalah akibat kesalahan sendiri, (seperti Simson, dan masalah-masalah yang ditimbulkan dirinya sendiri),  Masalah yang disebabkan oleh orang lain. (Seperti Daud, yang dikejar-kejar Saul untuk dibunuh), dan masalah  yang didatangkan oleh Allah,(Seperti  Nuh dan Air bah). Orang Kristen yang beriman, biasanya dapat menerima jenis masalah kedua, dan ketiga. Tetapi jenis masalah pertama, yaitu badai yang disebabkan oleh diri sendiri, biasanya sangat mengecewakan. Orang-orang menyesal, setelah mengetahui dirinya ada dalam suatu masalah,  oleh karena kesalahannya sendiri. Sebab itu,  kebanyakan kita tidak tertarik,  untuk memeriksa kebenaran-kebenaran mengenai sebab-sebab,  yang membawa diri kita sendiri masuk dalam suatu kekacauan.
            Dalam Kis 27:1-13,  Alkitab menceritakan bahwa Allah menempatkan Paulus, sebagai seorang tawanan, di atas kapal, yang berlayar menuju Italia. (Ay 6) Saat di atas kapal, Paulus memperingatkan para awak kapal, katanya: “Saudara-saudara, aku melihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran, dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan, dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita” (Ay 10). Tetapi mereka tetap berlayar menyongsong badai! Anda dapat melihat, inilah yang dimaksud dengan badai yang disebabkan oleh diri sendiri.  Dan melalui kisah ini, kita dapat mempelajari mengapa seseorang dapat masuk dalam badai yang disebabkan oleh diri sendiri.
         Ada 3 alasan mengapa seseorang masuk ke dalam sebuah kekacauan, entah itu ribuan tahun yang lalu dalam kisah para rasul, maupun hari ini, dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, Ayat 11:  “Tetapi Perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nahkoda, dari pada kepada perkataan Paulus”

        Alasan pertama, yang membuat kita masuk dalam kekacauan adalah, kita mendengarkan ahli-ahli  yang salah.  
          Ada banyak gagasan gila di dunia. Seseorang akan berkata, Kunci menuju hidup adalah dengan makan pisang, dan minum Sprite, orang lain akan muncul dan berkata, bukan kunci menuju kenyamanan adalah dengan minum anggur, dan makan daging. Beberapa berkata: Kunci menuju kehidupan adalah, dengan membeli kaset-kaset kami. Yang saya maksudkan ialah, bahwa, sepertinya setiap orang mempunyai suatu jalan, mereka mempunyai suatu pendapat ahli. Tetapi faktanya adalah para ahli sering salah. 

          Perlu kita ketahui, bahwa para ahli bekerja  dengan cara, mereka pergi , dan menanyakan orang-orang tentang pendapat mereka, sampai mereka menemukan seseorang yang sejalan dengan mereka, lalu itu diakumulasikan, dan disimpulkan sebagai kebenaran. Ini bukanlah kebenaran! Alkitab memberitahu kita, bahwa kebenaran yang sesungguhnya ialah apa yang keluar dari mulut Allah. Anda boleh bergembira dengan berbagai informasi tentang kehidupan, nasihat moral, motivasi sukses, dan pengembangan ilmu, tetapi ingatlah, bahwa tak selamanya itu adalah kebenaran. Hanya Firman Tuhan yang ada dalam Alkitab, itulah pelita bagi kaki, dan terang bagi jalan Anda. Segala tulisan yang diilhamkan Allah, itulah yang bermanfaat untuk mendidik, mengajar, menasihati, dan menuntun Anda kepada kehidupan.
Pada saat Anda mengabaikan Firman Allah, dan memilih untuk lebih mempercayai nasihat para ahli, Anda membawa diri ke dalam kekacauan. Tetapi, Siapa memperhatikan Firman akan mendapat kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan”. Ams 16:20

Kedua, Ayat 12: “Karena pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus, dan mencoba mencapai kota Feniks…”

         Alasan kedua, yang membuat kita masuk dalam suatu kekacauan adalah, karena kita menganggap suara terbanyak adalah kebenaran. 

           Faktanya adalah mayoritas sering salah! Ketika Musa memimpin umat Israel, sebagian besar dari mereka, ingin kembali ke Mesir. Tetapi mereka salah! Mula-mula Indonesia  ingin merdeka, sebagian besar rakyat Indonesia tidak setuju. Tetapi mereka salah! Daftar ini bisa diperpanjang, untuk memberitahu kepada Anda, bahwa mayoritas, tidak selalu benar! 

          Kita dapat membawa diri kita ke dalam kekacauan besar, dengan mengikuti pendapat yang menonjol, gagasan-gasan yang paling popular. Suara terbanyak bisa menciptakan sebuah aturan, tetapi tidak untuk prinsip, dan Allah tidak pernah bermaksud agar umat-Nya membangun dirinya atas aturan-aturan, tetapi yang paling Ia kehendaki ialah kita membangun diri atas prinsip-prinsip yang benar. Alkitab telah ditulis, untuk memberitahu kita, bagaimana kita harus hidup, apa yang harus kita hindari, dan apa yang harus kita patuhi. Mengabaikan untuk berpijak pada prinsip kebenaran firman Tuhan, dan mengikuti kabar terpopuler, dapat mengusung kita ke dalam kekacauan.

Ketiga, Ayat 13: “Pada waktu itu angin sepoi-sepoi, bertiup dari selatan. Mereka menyangka bahwa maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyusur pantai Kreta”

         Hal ketiga yang mebawa kita ke dalam suatu masalah adalah, karena kita bergantung kepada keadaan. 

         Perhatikan, bahwa ada angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan, dan para pelaut mengira apa yang mereka inginkan telah terpenuhi, karena keadaan tampak mendukung. Tetapi adalah tindakan yang keliru, dengan mengabaikan apa yang Allah katakan, sekalipun itu bertentangan dengan pengetahuan kita, dan menuruti situasi-situasi. Segala sesuatu mungkin tampak bagus, tetapi bila Anda mengikutinya, Anda baru akan sadar, setelah Anda benar-benar berada dalam masalah. Salomo mengerti kebenaran ini, sebab itu ia menasihati kita dengan berkata: “Ada jalan yang disangka orang,  lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Ams 14:12) 

       Para pelaut, mendapati diri mereka berada dalam badai, karena menyangka situasi dan keadaan dapat dipercaya, tetapi faktanya mereka salah.  Segala sesuatu dapat menipumu, kecuali Firman Allah. Jika Allah berkata: “Tunggu di pelabuhan, sebaiknya Anda tunggu, karena iblis juga dapat mengatur keadaan.

“Semua Firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya.”. -Ams 30:5-
***
TUHAN YESUS MEMBERKATI
By: Ayub Melkior S.Th