26 Mei 2012

PENTINGNYA HIKMAT


                                                          
Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah Hikmat” -PKH : 10:10-

         "You have Power in your hands when you have wisdom in your mind"

Sebuah kisah mencatat mengenai seorang pria tua yang hidup dengan kedua anaknya. Sebelum meninggal, ia membagikan sejumlah uang kepada kedua anaknya dan berpesan: “Gunakan uang ini baik-baik! Jadikan uang ini sebagai modal usaha, supaya engkau menjadi orang berhasil. Tetapi ingat pesanku ini: Jangan sampai kepalamu terkena sinar matahari” Setelah ia meninggal, kedua anaknya menggunakan uang tersebut, untuk mendirikan usaha.

Mengingat pesan Ayahnya, setiap hari anak yang pertama datang dan pulang dari tempat usahanya, dengan membawa payung. Ia berusaha melindungi kepalanya supaya jangan terkena sinar matahari, dengan demikian maka ia akan berhasil. Tetapi kenyataannya, ia bukan berhasil, melainkan usahanya menjadi bangkrut. 
Sedangkan adiknya berbeda, dalam memaknai pesan Ayahnya. Ia tidak mau membeli payung, atau pelindung apapun untuk melindungi kepalanya dari sinar matahari. Setiap hari ia datang pagi-pagi buta ke tempat usahanya, ia mengerjakan segala sesuatu hingga malam hari, barulah ia kembali ke rumah. Dengan cara ini, ia telah melindungi kepalanya sehingga sama sekali tidak terkena sinar matahari.
            "Menjadi orang berhasil", adalah dambaan semua orang. Namun supaya benar-benar berhasil, tidak cukup hanya dengan Ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan hikmat dan kebijaksanaan. Kita bisa menemukan diri kita berpendidikan tinggi, tetapi kurang menghasilkan sesuatu. Persoalan dari hal ini, bukan karena kita bodoh, tetapi karena kita kekurangan hikmat. Itulah sebabnya Firman Tuhan berkata: “Yang terpenting untuk berhasil ialah hikmat”

Apa itu Hikmat, sehingga Alkitab berkata ia begitu penting?

            Ada Tiga pengertian hikmat dalam Alkitab, yaitu pengertian secara Teknis, pengertian secara Intelektual dan pengertian secara Rohani.

Secara Teknis, hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Allah untuk mengerjakan sesuatu dengan sempurna (Kel 31:3) Talenta, keunggulan, dan keahlian Anda terhadap sesuatu, adalah Hikmat yang dikaruniakan Allah kepada Anda, dan dengan mengembangkannya, Anda akan terkejut bahwa  ternyata Anda bisa berhasil.

Coba tanyakan Michael Jackson, mengapa ia benar-benar berhasil menjadi “The King Of  Pop?” Ia menjawab pertanyaan ini dalam ruang wawancara, bahwa ia berhasil karena ia menyadari, menghargai, mengembangkan, dan mengunakan talenta dan keahliannya.
Coba tukarkan peran Michael Jackson dengan Gilbert Loimondong. Mintalah Jackson untuk berkhotbah, dan biarkan Gilbert bernyanyi serta menari di panggung. Bisakah keduanya benar-benar berhasil??? belum tentu! Mengapa? Jawabanya adalah: Karena itu bukan keahliannya.

Hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang. Dan semua orang memiliki jenis hikmat ini. Itulah sebabnya entah orang berdosa atau orang kudus bisa berhasil jika ia menggunakan talenta dan keahliannya. Tuhan telah memberikan talenta dan keahlian kepada tiap-tiap orang, sesuai kemampuan kita masing-masing. Persoalannya adalah apakah kita menyadarinya, mengharagainya, mengembangkannya dan menggunakannya? Tanyakan diri Anda sendiri! 

Secara Intelektual, hikmat adalah kemampuan menyusun rencana yang benar dan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang dikehendaki (Kej 41:39). Jenis kemampuan ini disebut kebijaksanaan.
Suatu hari, Ayah meminta saya untuk memasukan tempat tidur yang besar ke kamar tamu. Lalu saya mengajak teman untuk membantu memindahkan benda tersebut. Kami mengangkat tempat tidur itu dengan santai karena ringan. Namun saat kami ingin memasukannya ke dalam kamar, ternyata kami kesulitan. Pintu kamar terlalu sempit sehingga benda itu tidak bisa masuk. Kami tegang memegang tempat tidur itu, hingga kami lelah dan kami melepaskannya di bawah. 
Melihat tempat tidur itu belum dipindahkan, Ayah berkata: “Mengapa belum juga dipindahkan?” saya menjelaskan bahwa: “Pintu kamar itu terlalu kecil, sehingga tempat tidur besar ini tidak bisa masuk” Lalu Ayah saya berkata: “Oke, sekarang coba lagi”. 
Sekali lagi kami menggotong benda itu dan kami mendekatkannya ke pintu kamar. Setelah itu Ayah berkata, caranya miringkan tempat tidur itu dan masukan terlebih dahulu kaki tempat tidur itu, kami mengikuti petunjuknya, dan tempat tidur itu berhasil dimasukan ke dalam kamar melalui pintu yang sempit. 
Mengapa benda yang besar itu bisa masuk melalui pintu yang sempit? Jawabannya adalah: Karena kami menggunakan cara.
 
Hikmat adalah kemampuan menyusun cara untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Persoalan seringkali kita menunda untuk melakukan sesuatu yang membaikkan hidup kita ialah, karena kita kekurangan hikmat. Kita tidak tahu bagaimana caranya. Namun dengan kebijaksanaan, kita bisa berhasil.

Secara Rohani: Hikmat adalah pengetahuan yang dikaruniakan Allah (1 Kor 12: 8) untuk mengenal Allah dan menyelami karya Allah di dalam diri kita (1 Kor 1:20,21, Ef 1:17); untuk memecahkan persoalan yang rumit, yang supranatural dan yang tidak dapat terselami oleh akal manusia (Kej 40-41; 1 Raja 3; Dan 2,)
Suatu hal yang seringkali membuat kita kalah, gagal, rugi, kecewa, ialah bahwa kita tidak tahu apa yang Allah mau kita lakukan di antara setumpuk hal yang kita anggap baik. Hikmat adalah pengetahuan tentang apa yang Allah mau untuk kita lakukan. Hal ini termasuk suatu karunia, yang boleh dimiliki oleh semua orang, tetapi tidak semua orang telah memilikinya. Manusia memerlukan hikmat untuk dapat mengenal Penciptanya dengan benar (Ef 1:17), untuk dapat mengerjakan sesuatu seperti yang Tuhan mau (Kel 31: 3) dan untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit (I Raj” 3:9, 24).

Firman Tuhan memberitahu kita bahwa hikmat bukan hanya bagian yang baik bagi kehidupan, melainkan Hikmat adalah bagian yang terpenting dalam kehidupan. “Memperoleh hikmat, sungguh jauh melebihi memperoleh emas dan memperoleh pengertian, jauh lebih berharga dari pada mendapatkan perak.”(Ams 16:16)Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni dan harganya tidak dapat ditimbang dengan perak. Ia tidak dapat dinilai dengan emas Ofir, ataupun dengan permata krisopras yang mahal atau dengan permata lazurit, tidak dapat diimbangi oleh emas atau kaca, ataupun ditukar dengan permata dari emas tua. Baik gewang, baik hablur, tidak terhitung lagi. Memiliki hikmat adalah lebih baik dari pada mutiara.” (Ayub 28:15-18)
Dengan hikmat seorang budak bisa menjadi orang berhasil,(Yusuf) dengan hikmat seorang pemuda bisa menjadi pemimpin,(Daniel) dengan hikmat seorang kanak-kanak bisa mengajar para ahli (Yesus), dan dengan hikmat satu orang bisa mengatur jutaan orang (Salomo), sebab itu “Yang terpenting untuk berhasil ialah Hikmat

Pertanyaan yang penting sekarang adalah: Bagaimana Saya memperoleh Hikmat?
Ada 4 cara agar kita memperoleh Hikmat Allah:

Pertama, Yak 1:5 “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah…”

Jadi cara pertama untuk memperoleh hikmat ialah, dengan meminta kepada Allah. “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian”(Ams 2:6). Rasul Paulus berdoa kepada Allah dan meminta, agar Allah memberikan hikmat kepada jemaat di Efesus (Ef 1:16-17), Salomo berdoa dan meminta Hikmat dari Allah, dan Allah memberikan hikmat kepada Salomo (I Raj” 3:9). Kita perlu memintanya dari Allah, karena Dialah sumber segala hikmat.
                                                                                                          
Kita boleh, untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan, tetapi untuk memperoleh hikmat, kita perlu merendahkan hati, dan memintanya dari Allah. Berdoalah dan minta hikmat dari Tuhan. Karena dengan hikmat kita tahu cara, untuk menggunakan ilmu pengetahuan kita.

Kedua, Ayub 28:28 “Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya takut akan Tuhan ialah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi”
                                                      
Cara kedua untuk memperoleh hikmat ialah takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan ialah menghormati Tuhan, dan menjauhi kejahatan. Beberapa orang takut kepada Tuhan, tetapi tidak takut akan Tuhan. Mereka berpikir, “Aku orang berdosa, dan Aku tidak boleh mendekat kepada Tuhan. Sudahlah, tidak perlu beribadah, karena aku jahat."

Kita tidak perlu menjauh dari Tuhan, karena takut kepada Tuhan, tetapi yang kita perlu ialah menghormati Tuhan. Rasa hormat kepada Tuhan, menjauhkan diri kita dari kejahatan. Sebelum kita berkata Ya! Untuk menghormati Allah, sampai kapanpun, kita tidak akan mampu berkata “Tidak” terhadap kejahatan.

Orang saleh dalam Alkitab, seperti Henokh, Nuh, Ayub, mereka dapat menjauhi kejahatan, bukan karena mereka hebat, melainkan karena mereka punya hubungan yang dekat dengan Allah. Itulah sebabnya mereka punya rasa hormat yang besar kepada Allah, sehingga walaupun semua orang berbuat jahat, mereka tetap berkata “Tidak” terhadap kejahatan. Inilah yang disebut takut akan Tuhan.

Kita perlu mendekat kepada Allah, supaya kita punya rasa hormat terhadap Allah, dengan demikian kita mampu menjauhi kejahatan. Dan ketika kita punya rasa hormat kepada Allah, yang mempengaruhi sampai perbuatan dan perilaku kita, maka Tuhan akan memberitahu kita hal-hal yang tersembunyi. Maz 25:12 berkata: “Siapa orang yang takut akan Tuhan, kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya” dan Maz 25:14 berkata: “Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka”

Daniel lebih menghormati Tuhan ketimbang raja Nebukadnezar. Ia memilih menghormati Tuhan, dan menolak untuk menajiskan dirinya dengan santapan raja (Dan 1:8),  dan Allah mengaruniakan kepadanya hikmat, sehingga ia bisa menjelaskan kembali mimpi raja Nebukadnezar, sekaligus mengartikan mimpi tersebut.
Disaat kita memilih untuk menghormati Allah, kita akan mampu menolak kejahatan, dan upahnya ialah Allah memberi kita hikmat.

Ketiga, Dan 6: 11 “Demi didengarnya Daniel, bahwa surat perintah itu telah di buat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya, ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa dan  memuji Allahnya, Seperti yang biasa dilakukannya
                                                               
Cara ketiga untuk memperoleh hikmat ialah, dengan terbiasa sujud menyembah Allah dalam doa dan penyembahan. Daniel biasa berlutut, berdoa, dan memuji menyembah Allah tiga kali sehari, dan Allah memberikan hikmat kepada Daniel, sehingga ia sepuluh kali lebih cerdas dari semua orang berilmu (Dan 1:20).
Semakin sering kita sujud menyembah di hadapan Tuhan, dalam doa dan pujian penyembahan, wawasan kita tentang Allah akan semakin diperluas. Allah akan membuka rahasia-rahasia-Nya kepada kita, sehingga kita akan menjadi orang yang cerdas dan berhikmat.
Orang-orang yang bersekutu dengan Allah dalam doa dan penyembahan, biasanya tahu apa yang tidak dapat diajarkan oleh ilmu pengetahuan. Mereka bisa tahu kita sedang bermasalah, mereka bisa tahu kita sedang susah, bahkan mereka bisa tahu kalau kita sedang berdosa. Mengapa? Karena Allah yang memberitahukannya kepada mereka.
Selain Yesus, hamba-hamba-Nya Allah, seperti Musa, Yeremia, Yesaya, mereka bisa memberitahu apa yang akan terjadi di masa depan, karena mereka suka bersekutu dengan Allah.
            Melalui Doa dan Pujian penyembahan kepada Allah, suara kita semakin terdengar di Sorga, sehingga Allah menjadi karib dengan kita, dan pengetahuan-pengetahuan-Nya, diberikan-Nya kepada kita.  
Sisihkanlah menit-menit Anda untuk sujud menyembah Tuhan dalam doa dan pujian, maka engkau akan terkejut mendapati dirimu lebih cerdas dari orang lain.

Keempat, “Aku lebih berakal budi dari semua pengajarku, sebab peringatan-peringatanmu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari orang-orang tua sebab aku memegang titah-titah-Mu” (Maz 119: 99-100)
                                                  
Cara Keempat untuk memperoleh Hikmat ialah dengan membaca dan merenungkan Firman Allah. Daud berkata: “Aku lebih berakal budi dan aku lebih mengerti, sebab aku merenungkan peringatan-peringatan-Mu dan memegang titah-titah-Mu” Daud mempelajari Firman Allah, dan menjadikannya sebagai isi pikirannya, serta gaya hidupnya. Allah telah mengilhami orang-orang-Nya yang Ia pilih melalui Roh Kudus, untuk menuliskan kepada kita Apa yang Allah mau di dalam Alkitab. 

Alkitab adalah Firman Allah, yang memberitahu kita mengapa kita hidup, bagaimana kehidupan berjalan, apa yang harus dihindari dan apa yang akan terjadi pada masa depan. Dengan membaca dan merenungkan Firman Allah, kita akan tahu Peta perjalanan hidup kita, sehingga kita tidak tersesat. Daud memuji Firman Allah dengan berkata: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Maz 119:105)

            Ketika Yosua menerima tanggung jawab untuk memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan, perintah penting yang tidak boleh ia abaikan ialah: “Janganlah engkau lupa memperkatakan Taurat itu siang dan malam, tetapi renungkanlah itu siang dan malam”
Allah mengerti bahwa dengan membaca dan merenungkan Firman-Nya, manusia akan tahu apa yang harus ia perbuat. 
Selanjutnya dari ayat ini berkata: “ Supaya engkau bertindak hati-hati.” Bertindak hati-hati, dalam bahasa asli yaitu Ibrani, juga mengandung arti supaya engkau bertindak dengan bijaksana. Jadi dengan mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan, seseorang dapat bertindak dengan hikmat dan kebijaksanaan. 
Kalimat selanjutnya dari ayat ini berkata: “Dengan demikian, perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung” Hikmat akan menjadikan seseorang berhasil. Itulah sebabnya Pengkhotbah 10:10 berkata: “Yang terpenting untuk berhasil ialah Himat

Buatlah suatu komitmen untuk mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan. Belajarlah untuk mengucapkannya atau menjelaskannya kepada orang lain karena itu akan menolong Anda supaya Anda tidak lupa. Semakin banyak Anda mempelajari Firman Tuhan, wawasan Anda akan bertambah tentang cara kerja Allah, prinsip-prinsip Allah, dan agenda-agenda-Nya, sehingga Anda dapat bertindak sesuai apa yang tertulis dengan penuh kebijaksanaan.


***
TUHAN YESUS MEMBERKATI
By: Ayub Melkior S.Th