“Jika
besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga,
tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah Hikmat” -PKH : 10:10-
"You have Power in your hands when you have
wisdom in your mind"
Sebuah
kisah mencatat mengenai seorang pria tua yang hidup dengan kedua anaknya.
Sebelum meninggal, ia membagikan sejumlah uang kepada kedua anaknya dan
berpesan: “Gunakan uang ini baik-baik! Jadikan uang ini sebagai modal usaha,
supaya engkau menjadi orang berhasil. Tetapi ingat pesanku ini: Jangan sampai kepalamu terkena sinar
matahari” Setelah ia meninggal, kedua anaknya menggunakan uang tersebut, untuk
mendirikan usaha.
Mengingat
pesan Ayahnya, setiap hari anak yang pertama datang dan pulang dari tempat
usahanya, dengan membawa payung. Ia berusaha melindungi kepalanya supaya jangan
terkena sinar matahari, dengan demikian maka ia akan berhasil. Tetapi kenyataannya,
ia bukan berhasil, melainkan usahanya menjadi bangkrut.
Sedangkan
adiknya berbeda, dalam memaknai pesan Ayahnya. Ia tidak mau membeli payung,
atau pelindung apapun untuk melindungi kepalanya dari sinar matahari. Setiap
hari ia datang pagi-pagi buta ke tempat usahanya, ia mengerjakan segala sesuatu
hingga malam hari, barulah ia kembali ke rumah. Dengan cara ini, ia telah
melindungi kepalanya sehingga sama sekali tidak terkena sinar matahari.
"Menjadi
orang berhasil", adalah dambaan semua orang. Namun supaya benar-benar berhasil,
tidak cukup hanya dengan Ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan hikmat dan
kebijaksanaan. Kita bisa menemukan diri kita berpendidikan
tinggi, tetapi kurang menghasilkan sesuatu. Persoalan dari hal ini,
bukan karena kita bodoh, tetapi karena kita kekurangan hikmat. Itulah sebabnya
Firman Tuhan berkata: “Yang terpenting untuk
berhasil ialah hikmat”
Apa itu Hikmat,
sehingga Alkitab berkata ia begitu penting?
Ada
Tiga pengertian hikmat dalam Alkitab, yaitu pengertian secara Teknis, pengertian secara Intelektual
dan pengertian secara Rohani.
Secara Teknis, hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Allah untuk mengerjakan sesuatu dengan
sempurna (Kel 31:3) Talenta, keunggulan, dan keahlian Anda terhadap sesuatu,
adalah Hikmat yang dikaruniakan Allah kepada Anda, dan dengan mengembangkannya,
Anda akan terkejut bahwa ternyata Anda
bisa berhasil.
Coba
tanyakan Michael Jackson, mengapa ia benar-benar berhasil menjadi “The King
Of Pop?” Ia menjawab pertanyaan ini
dalam ruang wawancara, bahwa ia berhasil karena ia menyadari, menghargai,
mengembangkan, dan mengunakan talenta dan keahliannya.
Coba tukarkan peran Michael Jackson
dengan Gilbert Loimondong. Mintalah Jackson untuk berkhotbah, dan biarkan
Gilbert bernyanyi serta menari di panggung. Bisakah keduanya benar-benar
berhasil??? belum tentu! Mengapa? Jawabanya adalah: Karena itu bukan
keahliannya.
Hikmat
adalah keahlian yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang. Dan semua orang
memiliki jenis hikmat ini. Itulah sebabnya entah orang berdosa atau orang kudus
bisa berhasil jika ia menggunakan talenta dan keahliannya. Tuhan telah
memberikan talenta dan keahlian kepada tiap-tiap orang, sesuai kemampuan kita
masing-masing. Persoalannya adalah apakah kita menyadarinya, mengharagainya,
mengembangkannya dan menggunakannya? Tanyakan diri Anda sendiri!
Secara Intelektual,
hikmat adalah kemampuan menyusun
rencana yang benar dan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang dikehendaki
(Kej 41:39). Jenis kemampuan ini disebut kebijaksanaan.
Suatu
hari, Ayah meminta saya untuk memasukan tempat tidur yang besar ke kamar tamu.
Lalu saya mengajak teman untuk membantu memindahkan benda tersebut. Kami mengangkat
tempat tidur itu dengan santai karena ringan. Namun saat kami ingin
memasukannya ke dalam kamar, ternyata kami kesulitan. Pintu kamar terlalu
sempit sehingga benda itu tidak bisa masuk. Kami tegang memegang tempat tidur
itu, hingga kami lelah dan kami melepaskannya di bawah.
Melihat
tempat tidur itu belum dipindahkan, Ayah berkata: “Mengapa belum juga
dipindahkan?” saya menjelaskan bahwa: “Pintu kamar itu terlalu kecil, sehingga
tempat tidur besar ini tidak bisa masuk” Lalu Ayah saya berkata: “Oke, sekarang
coba lagi”.
Sekali
lagi kami menggotong benda itu dan kami mendekatkannya ke pintu kamar. Setelah
itu Ayah berkata, caranya miringkan tempat tidur itu dan masukan terlebih
dahulu kaki tempat tidur itu, kami mengikuti petunjuknya, dan tempat tidur itu
berhasil dimasukan ke dalam kamar melalui pintu yang sempit.
Mengapa
benda yang besar itu bisa masuk melalui pintu yang sempit? Jawabannya adalah: Karena
kami menggunakan cara.
Hikmat
adalah kemampuan menyusun cara
untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Persoalan seringkali kita menunda untuk
melakukan sesuatu yang membaikkan hidup kita ialah, karena kita kekurangan
hikmat. Kita tidak tahu bagaimana caranya. Namun dengan kebijaksanaan, kita bisa
berhasil.
Secara Rohani: Hikmat adalah pengetahuan
yang dikaruniakan Allah (1 Kor 12: 8) untuk mengenal Allah dan menyelami karya
Allah di dalam diri kita (1 Kor 1:20,21, Ef 1:17); untuk memecahkan persoalan
yang rumit, yang supranatural dan yang tidak dapat terselami oleh akal manusia
(Kej 40-41; 1 Raja 3; Dan 2,)
Suatu
hal yang seringkali membuat kita kalah, gagal, rugi, kecewa, ialah bahwa kita tidak tahu apa yang Allah mau kita lakukan di antara setumpuk
hal yang kita anggap baik. Hikmat adalah pengetahuan tentang apa yang Allah mau
untuk kita lakukan. Hal ini termasuk suatu karunia, yang boleh
dimiliki oleh semua orang, tetapi tidak semua orang telah memilikinya. Manusia memerlukan hikmat untuk dapat mengenal
Penciptanya dengan benar (Ef 1:17), untuk dapat
mengerjakan sesuatu seperti yang Tuhan mau (Kel 31: 3) dan untuk mengambil
keputusan-keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit (I Raj” 3:9, 24).
Firman
Tuhan memberitahu kita bahwa hikmat bukan hanya bagian yang baik bagi
kehidupan, melainkan Hikmat adalah bagian yang terpenting
dalam kehidupan. “Memperoleh hikmat,
sungguh jauh melebihi memperoleh emas dan memperoleh pengertian, jauh lebih
berharga dari pada mendapatkan perak.”(Ams 16:16) “Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni dan
harganya tidak dapat ditimbang dengan perak. Ia tidak dapat dinilai dengan emas
Ofir, ataupun dengan permata krisopras yang mahal atau dengan permata lazurit,
tidak dapat diimbangi oleh emas atau kaca, ataupun ditukar dengan permata dari
emas tua. Baik gewang, baik hablur, tidak terhitung lagi. Memiliki hikmat
adalah lebih baik dari pada mutiara.” (Ayub 28:15-18)
Dengan
hikmat seorang budak
bisa menjadi orang berhasil,(Yusuf) dengan hikmat seorang pemuda bisa menjadi pemimpin,(Daniel)
dengan hikmat seorang kanak-kanak bisa mengajar para ahli (Yesus), dan
dengan hikmat satu orang bisa mengatur jutaan orang (Salomo), sebab itu “Yang
terpenting untuk berhasil ialah Hikmat”
Pertanyaan
yang penting sekarang adalah: Bagaimana
Saya memperoleh Hikmat?
Ada 4 cara agar kita memperoleh
Hikmat Allah:
Pertama, Yak 1:5 “Tetapi apabila di antara kamu ada yang
kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah…”
Jadi
cara pertama untuk memperoleh hikmat ialah, dengan meminta kepada Allah. “Karena
Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan
kepandaian”(Ams 2:6). Rasul Paulus berdoa kepada Allah dan meminta, agar Allah
memberikan hikmat kepada jemaat di Efesus (Ef 1:16-17), Salomo berdoa dan
meminta Hikmat dari Allah, dan Allah memberikan hikmat kepada Salomo (I Raj”
3:9). Kita perlu memintanya dari Allah, karena Dialah sumber segala hikmat.
Kita
boleh,
untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan, tetapi untuk memperoleh hikmat, kita perlu
merendahkan hati, dan memintanya dari Allah. Berdoalah dan minta hikmat dari
Tuhan. Karena dengan hikmat kita tahu cara, untuk menggunakan ilmu pengetahuan kita.
Kedua, Ayub 28:28 “Tetapi kepada manusia Ia berfirman:
Sesungguhnya takut akan Tuhan ialah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal
budi”
Cara
kedua untuk memperoleh hikmat ialah takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan ialah
menghormati Tuhan, dan menjauhi kejahatan. Beberapa orang takut kepada Tuhan,
tetapi tidak takut akan Tuhan.
Mereka berpikir, “Aku orang berdosa, dan Aku tidak boleh mendekat kepada Tuhan.
Sudahlah, tidak perlu beribadah, karena aku jahat."
Kita
tidak perlu menjauh dari Tuhan, karena takut
kepada Tuhan,
tetapi yang kita perlu ialah menghormati Tuhan. Rasa hormat
kepada Tuhan, menjauhkan diri kita dari kejahatan. Sebelum kita berkata Ya!
Untuk menghormati Allah, sampai kapanpun, kita tidak akan mampu berkata “Tidak”
terhadap kejahatan.
Orang
saleh dalam Alkitab, seperti Henokh, Nuh, Ayub, mereka dapat menjauhi
kejahatan, bukan karena mereka hebat, melainkan karena mereka punya hubungan yang dekat dengan Allah.
Itulah sebabnya mereka punya rasa hormat yang besar kepada Allah, sehingga walaupun
semua orang berbuat jahat, mereka tetap berkata “Tidak” terhadap kejahatan.
Inilah yang disebut takut akan Tuhan.
Kita
perlu mendekat kepada Allah, supaya kita punya rasa hormat terhadap Allah,
dengan demikian kita mampu menjauhi kejahatan. Dan ketika kita punya rasa
hormat kepada Allah, yang mempengaruhi sampai perbuatan dan perilaku kita, maka
Tuhan akan memberitahu kita hal-hal yang tersembunyi. Maz 25:12 berkata: “Siapa
orang yang takut akan Tuhan, kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya”
dan Maz 25:14 berkata: “Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia,
dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka”
Daniel
lebih menghormati Tuhan ketimbang raja Nebukadnezar. Ia memilih menghormati
Tuhan, dan menolak untuk menajiskan dirinya dengan santapan raja (Dan 1:8), dan
Allah mengaruniakan kepadanya hikmat, sehingga ia bisa menjelaskan kembali
mimpi raja Nebukadnezar, sekaligus mengartikan mimpi tersebut.
Disaat
kita memilih untuk menghormati Allah, kita akan mampu menolak kejahatan, dan
upahnya ialah Allah memberi kita hikmat.
Ketiga, Dan 6: 11 “Demi
didengarnya Daniel, bahwa surat perintah itu telah di buat, pergilah ia ke
rumahnya. Dalam kamar atasnya, ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah
Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa dan memuji Allahnya, Seperti yang biasa dilakukannya”
Cara
ketiga untuk memperoleh hikmat ialah, dengan terbiasa
sujud menyembah Allah dalam doa dan penyembahan. Daniel biasa berlutut, berdoa,
dan memuji menyembah Allah tiga kali sehari, dan Allah memberikan hikmat kepada
Daniel, sehingga ia sepuluh kali lebih cerdas dari semua orang berilmu (Dan
1:20).
Semakin sering kita
sujud menyembah di hadapan Tuhan, dalam doa dan pujian penyembahan, wawasan
kita tentang Allah akan semakin diperluas. Allah akan membuka rahasia-rahasia-Nya kepada kita,
sehingga kita akan menjadi orang yang cerdas dan berhikmat.
Orang-orang
yang bersekutu dengan Allah dalam doa dan penyembahan, biasanya tahu apa yang
tidak dapat diajarkan oleh ilmu pengetahuan. Mereka bisa tahu kita sedang bermasalah,
mereka bisa tahu kita sedang susah, bahkan mereka bisa tahu kalau kita sedang
berdosa. Mengapa? Karena Allah yang memberitahukannya kepada mereka.
Selain
Yesus, hamba-hamba-Nya Allah, seperti Musa, Yeremia, Yesaya, mereka bisa
memberitahu apa yang akan terjadi di masa depan, karena mereka suka bersekutu
dengan Allah.
Melalui Doa dan Pujian penyembahan
kepada Allah, suara kita semakin terdengar di Sorga, sehingga Allah menjadi
karib dengan kita, dan pengetahuan-pengetahuan-Nya, diberikan-Nya kepada kita.
Sisihkanlah
menit-menit Anda untuk sujud menyembah Tuhan dalam doa dan pujian, maka engkau
akan terkejut mendapati dirimu lebih cerdas dari orang lain.
Keempat, “Aku lebih berakal budi dari
semua pengajarku, sebab peringatan-peringatanmu kurenungkan. Aku lebih mengerti
dari orang-orang tua sebab aku memegang titah-titah-Mu” (Maz 119: 99-100)
Cara
Keempat untuk memperoleh Hikmat ialah dengan membaca
dan merenungkan Firman
Allah. Daud berkata: “Aku lebih berakal budi dan aku lebih mengerti, sebab aku merenungkan
peringatan-peringatan-Mu dan memegang titah-titah-Mu” Daud mempelajari Firman
Allah, dan menjadikannya sebagai isi pikirannya, serta gaya hidupnya. Allah
telah mengilhami orang-orang-Nya yang Ia pilih melalui Roh Kudus, untuk
menuliskan kepada kita Apa yang Allah mau di dalam Alkitab.
Alkitab
adalah Firman Allah, yang memberitahu kita mengapa
kita hidup, bagaimana kehidupan
berjalan, apa yang harus dihindari
dan apa yang akan terjadi
pada masa depan. Dengan membaca
dan merenungkan
Firman Allah, kita akan tahu Peta perjalanan hidup kita, sehingga kita
tidak tersesat. Daud memuji Firman Allah dengan berkata: “Firman-Mu itu pelita
bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Maz 119:105)
Ketika
Yosua menerima tanggung jawab untuk memimpin bangsa Israel memasuki tanah
Kanaan, perintah penting yang tidak boleh ia abaikan ialah: “Janganlah engkau
lupa memperkatakan Taurat itu siang dan malam, tetapi renungkanlah itu siang
dan malam”
Allah mengerti bahwa dengan membaca
dan merenungkan Firman-Nya, manusia akan tahu apa yang harus ia perbuat.
Selanjutnya
dari ayat ini berkata: “ Supaya engkau bertindak hati-hati.” Bertindak
hati-hati, dalam bahasa asli yaitu Ibrani, juga mengandung arti supaya engkau
bertindak dengan bijaksana. Jadi dengan mempelajari dan merenungkan Firman
Tuhan, seseorang dapat bertindak dengan hikmat dan kebijaksanaan.
Kalimat
selanjutnya dari ayat ini berkata: “Dengan demikian, perjalananmu akan berhasil
dan engkau akan beruntung” Hikmat akan
menjadikan seseorang berhasil. Itulah sebabnya Pengkhotbah 10:10
berkata: “Yang terpenting untuk berhasil ialah Himat”
Buatlah
suatu komitmen untuk mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan. Belajarlah untuk
mengucapkannya atau menjelaskannya kepada orang lain karena itu akan menolong
Anda supaya Anda tidak lupa. Semakin banyak Anda mempelajari Firman Tuhan,
wawasan Anda akan bertambah tentang cara kerja Allah, prinsip-prinsip
Allah, dan agenda-agenda-Nya,
sehingga Anda dapat bertindak sesuai apa yang tertulis dengan penuh
kebijaksanaan.
***
TUHAN
YESUS MEMBERKATI
By: Ayub Melkior S.Th